Thursday, April 1, 2010

SAYANGI DIRI MU..

Mengambil kata2 dari seorang DJ radio...sayangi dirimu..dirimu itu termasuklah diriku. Tidak terkecuali walau seorang pun.

Sebelum nur terpadam dalam diri..
sebelum pintu hati tertutup dari cahaya kebenaran..
sebelum malaikat maut menjemput untuk pulang...
Taubat..
tanda kehambaan seorang hamba kepada Penciptanya

Seorang mukmin yang kuat imannya akan merasakan dosa yang dilakukan walau tidak sengaja seperti ada seketul batu besar yang menghempapnya, namun seorang mukin yang nipis imannya akan merasakan dosa yang dilakukan seperti menghalau lalat dari tubuhnya. Memang senang menghalau lalat itu namun sebentar sahaja dianya akan hinggap lagi ketubuhnya.

Ingatlah walau dosa kecil yang kita lakukan jika dilakukan berulang2 kali akan menjadi dosa besar. Apatah lagi dosa-dosa besar yang jelas dilarang agama.

Sentiasalah bertaubat sama ada secara sengaja atau pun tidak. Di sini kutitipkan antara tips2 bertaubat(drp laman web seorang sahabat).

1) Bertaubat yang timbul dari ilmu dan kesedaran Islam dan bukan kerana desakan luaran. Jika belum ketemui ilmu itu, cari dan bacalah sedalamnya agar taubat ini lahir dari ilmu dan iman bukannya yang lain.

Imam Al Bukhari menyebut tentang keperluan sesuatu amal dan ibadah termasuklah taubat yang diakari oleh ilmu di dalam shahihnya hingga dibuat satu bab khas bertajuk : bab: "Ilmu sebelum beramal". Beliau menyebut firman Allah SWT berikut sebagai dalil keperluan ini:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ

Ertinya : Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu (Muhammad: 19)

Jelas disebut di dalam ayat berkenaan didahulukan perintah untuk berilmu dari perintah untuk beristighfar dan taubat.

Al-Qusyairi berkata dalam kitabnya "Risalah Qusyairiah": taubat yang pertama adalah: bangunnya hati dari kelalaian, serta sang hamba melihat keadaan yang buruk akibat dosa yang ia lakukan. Dan itu akan mendorongnya untuk mengikuti dorongan hati nuraninya agar tidak melanggar perintah Allah SWT. Kerana dalam khabar disebutkan: "penasihat dari Allah SWT terdapat dalam hati setiap orang muslim". (Riwayatkan Ahmad dari An Nuwas bin Sam'an). Dan dalam hadith:

Ertinya : "Sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuh, dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh, ketahuilah itulah hati". (Hadits muttafaq alaih dari Nu'man bin Basyir).

Jika hatinya merenungkan keburukan perbuatannya, serta ia menyedari dosa-dosa yang ia perbuat itu, nescaya dalam hati akan terdetik keinginan untuk bertaubat, dan menjauhkan diri dari melakukan perbuatan maksiat itu. Kemudian Allah SWT akan membantunya dengan menguatkan tekadnya itu, melakukan tindakan pemulihan atas dosa-dosanya, serta melakukan perbuatan-perbuatan yang diperlukan dalam taubat. (Risalah Qusyairiah dengan tahqiq Dr. Abdul Halim Mahmud, dan Dr. Mahmud bin Syarif, (1/ 254, 255)



2) Bersangka baik bahawa Allah akan mengampunkan dosa yang telah terlanjur itu. Firman Allah :-

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Ertinya : Katakanlah: ""Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Az-Zumar: 53)

3) Segera menangisi dosa dosa dengan benar-benar keinsafan. Anda perlu menitiskan air mata untuk ini, air mata insaf dan bukan dibuat-buat.

4) Berazam kukuh di dalam hati agar tidak lagi ingin kembali kepada perbuatan haram itu. Meninggalkan segala perbuatan buruk yang pernah dilakukan.

Dr Yusof Al-Qaradawi menyebut : Yang terpenting dalam masalah azam dan tekad ini adalah agar azam itu kuat dan betul-betul, saat bertaubat. Dengan tanpa disertai oleh keraguan atau kerinduan untuk kembali melakukan kemaksiatan, atau juga berpikir untuk mengerjakannya kembali. Taubat itu tidak batal jika suatu saat tekadnya itu sedikit melemah kemudian ia terlena oleh dirinya, tertipu oleh syaitan sehingga ia terlanjur, dan kembali melakukan kemaksiatan. (At-Taubatu Ilallah, Al-Qaradawi )

Imam Ibnu Katsir berkata: "Sedangkan jika ia bertekad untuk bertaubat dan memegang teguh tekadnya, maka itu akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya pada masa lalu. Seperti terdapat dalam hadits sahih "Islam menghapuskan apa yang sebelumnya, dan taubat menghapuskan dosa yang sebelumnya".

5) Wajib menjauhkan diri dari mendekati apa jua situasi yang boleh membawanya ke arah dosa tadi.

6) Berterusan tawbat (selagi belum rasa hilang bersalah). Firman Allah SWT ertinya :

إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوَءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِن قَرِيبٍ فَأُوْلَـئِكَ يَتُوبُ اللّهُ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللّهُ عَلِيماً حَكِيماً

Ertinya : "Sesungguhnya tawbat di sisi Allah hanyalah tawbat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilannya yang kemudian mereka bertawabat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah Tawbatnya ( An-Nisa : 17)

7) Mempergandakan amal soleh, ia berdasarkan firman Allah :

إِلاَّ الَّذِينَ تَابُواْ وَأَصْلَحُواْ وَبَيَّنُواْ فَأُوْلَـئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيم

Ertinya : " Kecuali orang-orang bertawbat, beriman dan mengerjakan amal soleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan Allah maha pengampun lagi penyayang" ( Al-Furqaan : 70 ).

Justeru, banyakkan bersedeqah, mengajar orang lain dan membuat kerja2 amal. Berbekalkan pahala kebaikan ini diharap ianya dapat menutup dan memadamkan dosa dosa kita.

...............

Perjalanan kita masih jauh sebelum sampai ke destinasi terakhir kita.
Moga tercatat takdir di akhir perjalanan kita nanti kesudahan yang baik dan mendapat kejayaan yang besar. Amin!

No comments: